Dust to Dust
Tidak lagi kulihat opa tua yang rutin berjalan dengan bantuan walker didampingi susternya,..... sesekali terlihat sewaktu kubuka tirai jendela kamar, wah rajin dan semangat. Terkadang beberapa hari tak ada, mungkin istirahat, seringkali bertemu di jalan pulangku, bersalam pagi, berbagi senyum ceria.....
Kali ini lebih lama dari biasa, tidak pernah kenal dan tau tempat tinggalnya, mestinya dekat sekitar sini karena tidak bisa jalan terlalu jauh, masih terpikir mengharap bersua dan bersapa. Beberapa minggu kemudian dengar kabar beliau sudah berpulang..... bagaimanapun aku kehilangan juga.....
Saudara telpon mengabari, anaknya sudah tiada,..... kagetnya bukan main karena baru saja bertemu, ngobrol, terlihat sehat dan baik2 saja, mendadak sakit tidak tertolong, cepat sekali..... masih sangat muda.....ah sedihnya.....
Merenung hidup manusia begitu rapuh dan sangat singkat, kematian dekat di ambang pintu..... menanti dengan pasti segala sesuatu yang akan ditelannya.....
"Semuanya pergi ke satu tempat. Semuanya berasal dari debu, dan semuanya kembali kepada debu."
Di sepanjang perjalanan hidup tidaklah selalu bahagia, ada waktunya bersedih, terkadang begitu sulit, sangat keras teramat menyakitkan, kehilangan yang terkasih sangat meremukkan hati..... meninggalkan luka di relung terdalam jiwa, hanya Tuhan yang mengerti.....
Akan tiba waktunya bagi setiap orang karena kita terlibat dalam siklus kehidupan, kejadian dan peristiwa yang terus berputar tak ada hentinya..... Sebersit kebahagiaan disana sini, diliputi kepedihan, kesenangan sesaat, kesedihan yang terlupakan..... tiada habisnya, tak ada yang dapat terpuaskan di hidup ini.....
Teringat salah satu quote dari C.S Lewis:
“If I find in myself a desire which no experience in this world can satisfy, the most probable explanation is that I was made for another world” (287, in Mere Christianity). Heaven, therefore is our ultimate reality.
"Jika saya menemukan dalam diri saya keinginan yang tak dapat dipenuhi oleh pengalaman apapun di dunia ini, penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa saya diciptakan untuk dunia lain." (287, in Mere Christianity). Surga, oleh karena itu, adalah realitas tertinggi kita.
"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."
Yakobus 4:14
Setiap manusia perlu evaluasi diri, siapkan hati agar melalui firman Tuhan yang didengar, dapat diubahkan dan menuntun kepada keselamatan jiwa. Kuatkan dan berteguh di dalam Dia, kita memiliki tujuan dan pengharapan, kematian bukanlah akhir dari segalanya..... melainkan meninggalkan tubuh yang fana, kembali ke pangkuan Bapa di surga.
Rencana dan penciptaanNya adalah jauh lebih besar dari segala yang sementara dan penuh keterbatasan dalam kehidupan di dunia ini, janji dan kepenuhan FirmanNya yang menyelamatkan adalah menjadi harapan pasti bagi anak2Nya yang percaya.
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Pengkotbah 3:11
Comments
Post a Comment